Friday 29 June 2012

Degradasi Moral Remaja, Salah Siapa?


Aku Peduli,
Tapi masa depan bangsaku,
itu bukan yang paling penting buatku,
duit banyak,
hidup senang,
posisi,
jauh lebih penting dari,
keadilan,
integritas,
moral,
aku yakin dan pasti.
ada harapan,
negaraku masih menjujung moral yang tinggi,
tapi itu gak bakal bertahan,
nafsu lebih dinomor satukan,
trend menunjukkan,
anak cucu kita akan menuai kebobrokan kita,
aku nggak percaya,
Indonesia akan tetap jaya,
memandang ke depan, aku melihat,
'degradasi moral melanda anak muda'
'kawin cerai, apa salahnya?'
'korupsi udah jadi budaya'
'video mesum, itu mah biasa'
nggak bisa dibilang lagi
masih ada yang peduli dengan bangsa ini,
udah jelas banget,
generasi ini udah hancur dan gak ada harapan,
sungguh sedih dan konyol kalo kita pikir,
kita bisa menjadikan dunia ini lebih baik.


eitss eitss eitss salah... tuh kan sok tauuuu :p
puisi diatas harus dibaca dari bawah loo. ayoo ulang baca lagi! heheheehe.... salah ketik deh. maap :p


udah dibaca kan??? :D
gimana nih komentarnya..


sekarang kita liat yuk, anak muda jaman sekarang, tepatnya abad 20.
mungkin narkoba, free sex, korupsi udah menjadi hal wajar di telinga kita.
terus kalo udah kayak gini, siapa yang mau disalahin coba?
emang ada orang yang mau menyalahkan dirinya sendiri? kalo gak kepentok sama akibatnya gak bakalan ada mah. kita flashback lagi yuk, ke belakang. di masa dia masih kanak-kanak

yang pertama, adalah faktor dari orang tua.
lo kenapa? ya iya lah, kita dilahirkan dan dibesarkan oleh orang tua. orang yang paling dekat dengan kita saat kita balita adalah orangtua, jadi kasih sayang, cinta dan emosi yang diberikan oleh orangtua benar-benar dipelajari oleh sang balita karena pada masa 'golden age' mereka.
jadi apapun yang diajarkan oleh orangtua pada masa itu, akan cepat terserap oleh otak anak.

kemudian, faktor kebiasaan keluarga.
nah, ini ada hubungannya sama faktor orangtua diatas sih, hanya saja lebih luas. sekedar contoh aja, ada anak A dibesarkan oleh keluarga yang disiplin dan teratur, hanya diajarkan lagu anak-anak pada masa kecilnya, hanya diputar film-film kartun, orangtuanya memandikannya sebelum jam 4 sore setiap hari, diajarkan cara membaca dll, dan mendongenginya cerita kancil sebelum tidur.

kemudian balita B dibesarkan oleh orangtua yang acuh tak acuh, lagu yang diputar dirumah setiap hari adalah lagu dangdut dan romansa, orangtuanya mengajak lihat sinetron tiap harinya, dan tanpa dibatasi waktu mandi, memberinya sembarang gadget tanpa pengawasan orangtua, kemudian waktu tidur diabaikan tanpa diberi waktu maksimal.

jadi tahu kan perbedaan dari kedua anak tersebut setelah besar?
si A akan terbawa kebiasaan dari keluarganya yang disiplin, tumbuh menjadi remaja yang kritis, dan berpikir panjang. sedangkan B, cenderung tidak bisa disiplin, telat berpikir dan bermoral jelek.
ini hanya sebagai contoh, masih banyak cara memdidik orangtua diluar sana yang baik maupun buruk.
setidaknya keluarga adalah faktor utama dalam mengembangkan potensi dan moral anak, mengawasi dan mendidiknya ke arah yang benar.

yang ketiga, adalah faktor lingkungan.
lingkungan dimana ia tumbuh, akan menjadi tempat baru untuk ia belajar sesuatu yang baru.
disini orangtua mungkin tidak bisa secara langsung mengawasi, tetapi dengan bekal-bekal yang diberikan kepada sang anak semenjak ia kecil. akan mencegahnya daari perbuatan yang tidak diinginkan.
lingkungan yang baik, akan mengajarkan kepada anak hal yang baik. tetapi jika lingkungannya buruk, maka sang anak cenderung untuk beradaptasi dengan lingkungan tersebut sehingga tertular oleh teman-temannya yang kurang baik.

yang keempat, adalah yang terpenting, yaitu faktor kemauan dalam diri.
ya! sekuat apapun faktor diatas sanggup mempengaruhi, yang paling besar adalah kemauan dari dalam diri untuk mencegah ataupun mengikuti. namun tetap saja, faktor ke-1 dan ke-2 masih tetap mempengaruhi.
karena pola berpikir datangnya tidak tiba-tiba, tetapi harus selalu diasah oleh orang-orang terdekat.
jarang sekali orang yang memiliki tekad benar tanpa didasari oleh  doktrin yang benar pula. artinya, dia harus melawan arus, ketika orangtua, keluarga dan lingkungannya sama sekali tidak mendukungnya. mungkin bisa, tapi sangat susah!



jadi salah siapa saat terjadi tragedi "Mahasiswa tawuran" ???

ini lah yang saya pikir tidak masuk akal, mereka dikuliahkan oleh orangtua agar menjadi baik, agar menjadi benar dan berguna. tetapi tawuran, justru perbuatan yang sangat tidak intelektual. apa mungkin dikampus memang diajarkan tawuran? saya pikir tidak.sama halnya dengan menggunakan narkoba, free sex, korupsi dll. bisa jadi karena faktor diatas.

banyak orang diluar sana, berusaha agar memasuki kampus, belajar, dan sukses. pasti keinginan semua orang "yang berpikir". biayanya pun tidak murah. ribuan orang gagal masuk universitas negeri tiap tahunnya, tetapi justru yang diterima malah orang yang tidak ber-etika. TIDAK SEMUA MAHASISWA - hanya membahas yang TIDAK BER-ETIKA. Indonesia butuh orang yang benar, bukan orang yang tidak punya moral :)

apa saya terlalu rasis? tetapi saya pikir semua orang juga berpikir seperti itu. kecuali anda yang melakukan tindak diatas. jadi siap-siaplah untuk turun dari posisi anda dan digantikan dengan orang yang lebih PANTAS!

Jadi salah siapa? SALAH KITA SEMUA. kemungkinannya :
1.  Orangtua yang tidak mendidik Intelektual, emosional dan spiritual anak.
2. Keluarga yang tidak menanamkan kebiasaan baik.
3. Kesalahan lingkungan tempatnya tumbuh dan tak ada interaksi dengan orangtua.
4. Tidak ada kemauan dari sang anak.
5. ada lagi? kasih komentar yah???
.

sincerely
---Dx

1 comments:

Hei, saya suka ilustrasi gambar 'AKU PEDULI' dalam artikel ini.
Boleh saya copy, untuk saya pakai ? :)
Let me know, thank you in advance.

- Fanny

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More