Hari ini, saya ingin sharing
tentang kecenderungan pemuda bahkan orangtua di Indonesia, kok kesannya saya
sering membahas Indonesia ya? Ya biar aja, saya berharap Indonesia bisa lebih
maju dengan memulai dari diri sendiri dan mengingatkan orang lain ;)
Sewaktu kita masih kecil, nggak
kecil-kecil banget lah, kira-kira SMP
SMA, orangtua kita sering sekali menanamkan mimpi; ayo belajar yang rajin, biar nanti bisa masuk
Universitas negeri terus masuk perusahaan besar dapet jabatan tinggi dan banyak
uang. Rata-rata orangtua ingin agar suatu hari nanti anaknya bisa diterima di
perusahaan besar dan memiliki perekonomian lebih. Hal ini men-sugestikan anak,
bahwa kesuksesan tertinggi dalam karir adalah saat ia berhasil masuk di perusahaan
tersebut.
Ketika anak-anak kecil, ketika
ditanya oleh orangtua akan menjadi apa ia kelak, banyak yang menjawab ingin
jadi pilot, dokter, tentara, polisi, bahkan ada yang bercita-cita menjadi orang
sukses.
Berbeda sekali dengan anak-anak
di Jepang, ketika ditanya akan menjadi apa ia kelak, rata-rata akan menjawab,
ingin menjadi penjual bunga, penjual es cream, penjual mainan dll. Mungkin anda
akan tertawa melihat cita-cita mereka yang tidak berkelas. Tapi bayangkan saja,
ia menjual es cream yang memiliki 50 buah perusahaan es cream yang tersebar di
seluruh dunia. Tetap saja pekerjaannya sebagai penjual es cream kan?
Inilah yang membedakan mengapa
Indonesia terpaut jauh dengan Jepang, Indonesia disugestikan dengan pekerjaan
yang umum, diperebutkan, dan menjadi incaran banyak orang, sehingga kita harus
bersaing mendapatkannya, jika tidak maka kita akan menganggur.
Lalu mengapa kita suka memperebutkan
pekerjaan yang “disuruh-suruh” orang lain? dan mengapa kita suka sekali “digaji”
orang lain? tidak adakah keinginan kita
untuk “menyuruh”? Atau tidak adakah keinginan untuk menggaji orang lain? Terlebih
lagi yang menyuruh dan menggaji kita kebanyakan adalah orang yang berasal dari
negeri lain. Banyak sekali perusahaan di Indonesia yang didirikan oleh orang
asing dan pekerjanya adalah orang pribumi.
Jika anda adalah orang tua yang
memiliki anak, ajarkan semenjak dini kebebasan berpikirnya, ajari dia menang,
dan jangan paksakan keinginannya apalagi sampai men-sugestikan sesuatu yang
terbatas. Asah kreativitas dan bakatnya.
Mengapa saya memposting hal ini? Diperkirakan
2015, Indonesia akan bersiap membuka pasar global, dimana perusahaan asing
bebas untuk berinvestasi di Indonesia tanpa ada batasan, demikian Indonesia
bebas untuk memasuki gerbang wilayah asing tanpa batas. Namun jika pasukan SDM
kita belum siap untuk bersaing, bisa-bisa negeri sendiri akan jatuh ke tangan
orang dan semakin banyak orang Indonesia yang akan jatuh menjadi buruh daripada
yang menjadi bos. Namun itupun belum tentu juga bisa menjadi buruh, karena
warga asing pun akan bebas masuk dan bekerja di Indonesia sebagai buruh, jika
orang-orang Indonesia ternyata kalah bersaing, itu berarti akan semakin banyak
pengangguran di Indonesia. Boro-boro bisa berinvestasi di negeri orang bila di
negeri sendiri kita sudah kalah bersaing.
Sialnya lagi Indonesia adalah Negara
yang selalu menjadi incaran para investor asing karena kekayaan alamnya dan
juga tempatnya yang strategis menjangkau seluruh benua di dunia. Itu berarti
Indonesia akan menjadi tujuan utama pengembangan usaha asing, tentu saja tujuan
utama warga Negara asing mencari nafkah.
Mahasiswa-mahasiswi di Indonesia otomatis
dicuci otaknya oleh situasi seperti ini, sehingga wajib hukumnya bagi Sarjana,
Master dan Doktor apabila telah usai belajarnya harus mendirikan sebuah
lapangan kerja seluas-luasnya, yang akan menyerap tenaga kerja, yang akan “menyuruh”
dan “menggaji” buruhnya.
Seorang Rektor ITB pernah berkata, "Dosa seorang mahasiswa itu ada 2, pertama dia telah merebut jatah satu kursi dari ribuan orang untuk berada di Universitas, kedua dia telah merebut jatah pekerjaan dari ribuan orang untuk berada di perusahaan. dan dosanya itu hanya bisa melebur apabila ia mendirikan lapangan pekerjaan baru."
Karena ber-wirausaha itu tidak dibatasi
oleh keahlian khusus, seseorang hanya perlu bermodal utama berani dan jujur
untuk memulai sebuah usaha. Satu lagi, jangan bilang susah, bila belum mencoba!
Jangan biasakan menanam mental
pegawai! Just Do It!
How about me? Of course, I try it right now, although I still sit in this college.
---Dx